"Indonesia Menang" karena Guru
Beberapa waktu yang lalu negeri kita -Indonesia Raya- di hebohkan dengan wacana akan bubarnya Nusantara pada tahun 2030 mendatang. Wacana ini disampaikan oleh salah seorang tokoh bangsa yang didasari dari sebuah novel. Meski hanya disadur dari sebuah novel, namun novel ini dianggap sebagai sebuah karya ilmiah karena penulisnya adalah ilmuan strategi kemiliteran alumnus Havard University, Petter Waren Singer (PWS)
Di dalam novel yang berjudul Gost Fleet tersebut diperkirakan bahwa pada tahun 2030 Cina telah berhasil melampaui kedigdayaan Amerika dalam berbagai bidang. Meski tidak banyak membicarakan Indonesia, namun disanalah disebutkan bahwa pada tahun 2030 PWS memperkirakan bahwa Indonesia bubar.
Pro kontra bermunculan menanggapi pernyataan itu. Sebagian membenarkan kemungkinan terjadinya. Tidak sedikit pula yang mengutuk dengan mengatakan sebagai tokoh bangsa semestinya harus membangun semangat dan positifisme kepada rakyat. Bukan membuat pernyataan yang membuat rakyat menjadi pesimis.
Tetapi marilah sebagai seorang guru atau calon guru kita bersikap adil melihat isu ini. Anggaplah kajian akan bubarnya Indonesia pada tahun 2030 sebagai early warning -pringatan dini- bagi kita. Melihat fenomena yang berkembang akhir-akhir ini, meruncingnya SARA, Runtuh nya moral bangsa akibat narkoba, LGBT, isu kemunculan kembali komunisme, kurangnya budaya inovasi, dll bukan tidak mungkin bahwa Indonesia benar-benar akan terpecah dan hilang.
Akan tetapi sebagai ujung tombak perubahan bangsa kearah yang lebih baik kita harus tetap yakin dan optimis bahwa masa depan adalah milik kita bangsa Indonesia. Ditangan kitalah arah bangsa di tentukan. Karena melalui tangan-tangan kita anak-anak Indonesia akan meraih masa depanya dan menjadi pemenang di masa yang akan datang. Maka untuk melakukan perubahan itu yang pertama harus kita rubah adalah diri kita sendiri.
Tahun 1990 PM Korsel Park Chung Hei mengunjungi Aceh dan Mesjid Raya Baiturrahman. Dia melihat tulisan ayat Al-Qur'an yang ada di pintu gerbang mesjid raya. Surah arra'du ayat 11 yg berbunyi "Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut yang merubahnya". Dia pulang ke Korsel dia bawa ayat itu dan ditampilkan di penjuru negeri bahwa Tuhan tidak merubah nasib bangsa
Di dalam novel yang berjudul Gost Fleet tersebut diperkirakan bahwa pada tahun 2030 Cina telah berhasil melampaui kedigdayaan Amerika dalam berbagai bidang. Meski tidak banyak membicarakan Indonesia, namun disanalah disebutkan bahwa pada tahun 2030 PWS memperkirakan bahwa Indonesia bubar.
Pro kontra bermunculan menanggapi pernyataan itu. Sebagian membenarkan kemungkinan terjadinya. Tidak sedikit pula yang mengutuk dengan mengatakan sebagai tokoh bangsa semestinya harus membangun semangat dan positifisme kepada rakyat. Bukan membuat pernyataan yang membuat rakyat menjadi pesimis.
Tetapi marilah sebagai seorang guru atau calon guru kita bersikap adil melihat isu ini. Anggaplah kajian akan bubarnya Indonesia pada tahun 2030 sebagai early warning -pringatan dini- bagi kita. Melihat fenomena yang berkembang akhir-akhir ini, meruncingnya SARA, Runtuh nya moral bangsa akibat narkoba, LGBT, isu kemunculan kembali komunisme, kurangnya budaya inovasi, dll bukan tidak mungkin bahwa Indonesia benar-benar akan terpecah dan hilang.
Akan tetapi sebagai ujung tombak perubahan bangsa kearah yang lebih baik kita harus tetap yakin dan optimis bahwa masa depan adalah milik kita bangsa Indonesia. Ditangan kitalah arah bangsa di tentukan. Karena melalui tangan-tangan kita anak-anak Indonesia akan meraih masa depanya dan menjadi pemenang di masa yang akan datang. Maka untuk melakukan perubahan itu yang pertama harus kita rubah adalah diri kita sendiri.
Tahun 1990 PM Korsel Park Chung Hei mengunjungi Aceh dan Mesjid Raya Baiturrahman. Dia melihat tulisan ayat Al-Qur'an yang ada di pintu gerbang mesjid raya. Surah arra'du ayat 11 yg berbunyi "Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut yang merubahnya". Dia pulang ke Korsel dia bawa ayat itu dan ditampilkan di penjuru negeri bahwa Tuhan tidak merubah nasib bangsa
korea kecuali mereka merubah nasibnya sendiri. Sebelumnya Korsel adalah negara terbelakang terlibah konflik puluhan tahun dengan tetangganya korut. Akan tetapi kini kita bisa menyaksikan bahwa korsel telah berubah "karena kemauanya" menjadi salah satu negara terkemuka di Asia dan dunia. Hp samsung yang ada di kantong kita pun asalnya dari sana.
Begitulah perubahan harus bersumber dr kemauan dan tekad serta dimulai dr diri sendiri. Tekad itu ada di hati dan anggota badan yang lain bahkan alam semesta pun akan mengikuti. Banyak yang ingin membawa perubahan pada masyarakat namun dia tidak merubah dirinya, yakinlah bahwa dia tidak akan merubah apa-apa.
Ketika seorang guru telah berhasil merubah dirinya dari terlambat masuk kelas, malas menyiapkan RPP, malas mempelajari hal-hal baru, malas membuat laporan kemajuan hasil belajar peserta didik, malas bangun pagi dan beribadah, kemudian menjadi pribadi yang cerdas, tangguh dan religius, maka yakinlah perubahan itu akan menyebar ke seluruh nusantara melalui keberhasilanya mendidik anak bangsa.
Dan dia pun akan berpesan kepada anak didiknya seperti pesan Iwan Fals pada Galang Rambo Anarke:
"Cepatlah besar matahariku!
Menangis yang keras janganlah ragu!
Tinju lah congkaknya dunia buah hatiku! Do'a kami di nadimu..."
Untuk meninju congkaknya dunia yang diperlukan bukanlah kesombomgan itu sendiri. Tetapi yang kita butuhkan karakter dan harga diri. Misalnya dengan tidak membiasakan diri berhutang atau meminta gratisan. Memang ada pepatah yang mengatakan jadilah seperti padi semakin berisi semakin menunduk. Namun tahukah kita apa yang ditakuti petani padi? Petani takut jika padinya tumbuh terlalu tinggi sehingga mudah rebah dengan hembusan angin dan deraian air hujan. Tetapi mari kita menjadi pegas yang semakin di tekan maka semakin tinggi dia melompat. Oleh karena itu untuk menjadi pribadi yang lebih baik, masyarakat yang baik, bangsa yang menang kita harus tahan terhadap berbagai tekanan dan tantangan agar kita bisa melakukan lompatan yang tinggi dan menggantungkan cita-cita kita di langit. Karena-seperti kata bung Karno-bila ia terjatuh maka jatuh diantara awan-awan.
*Disampaikan dalam apel pagi dihadapan mahasiswa PPG Unsyiah
Mei 2018
Title :"Indonesia Menang" karena GuruBegitulah perubahan harus bersumber dr kemauan dan tekad serta dimulai dr diri sendiri. Tekad itu ada di hati dan anggota badan yang lain bahkan alam semesta pun akan mengikuti. Banyak yang ingin membawa perubahan pada masyarakat namun dia tidak merubah dirinya, yakinlah bahwa dia tidak akan merubah apa-apa.
Ketika seorang guru telah berhasil merubah dirinya dari terlambat masuk kelas, malas menyiapkan RPP, malas mempelajari hal-hal baru, malas membuat laporan kemajuan hasil belajar peserta didik, malas bangun pagi dan beribadah, kemudian menjadi pribadi yang cerdas, tangguh dan religius, maka yakinlah perubahan itu akan menyebar ke seluruh nusantara melalui keberhasilanya mendidik anak bangsa.
Dan dia pun akan berpesan kepada anak didiknya seperti pesan Iwan Fals pada Galang Rambo Anarke:
"Cepatlah besar matahariku!
Menangis yang keras janganlah ragu!
Tinju lah congkaknya dunia buah hatiku! Do'a kami di nadimu..."
Untuk meninju congkaknya dunia yang diperlukan bukanlah kesombomgan itu sendiri. Tetapi yang kita butuhkan karakter dan harga diri. Misalnya dengan tidak membiasakan diri berhutang atau meminta gratisan. Memang ada pepatah yang mengatakan jadilah seperti padi semakin berisi semakin menunduk. Namun tahukah kita apa yang ditakuti petani padi? Petani takut jika padinya tumbuh terlalu tinggi sehingga mudah rebah dengan hembusan angin dan deraian air hujan. Tetapi mari kita menjadi pegas yang semakin di tekan maka semakin tinggi dia melompat. Oleh karena itu untuk menjadi pribadi yang lebih baik, masyarakat yang baik, bangsa yang menang kita harus tahan terhadap berbagai tekanan dan tantangan agar kita bisa melakukan lompatan yang tinggi dan menggantungkan cita-cita kita di langit. Karena-seperti kata bung Karno-bila ia terjatuh maka jatuh diantara awan-awan.
*Disampaikan dalam apel pagi dihadapan mahasiswa PPG Unsyiah
Mei 2018
Sumber:"Indonesia Menang" karena Guru
0 Response to ""Indonesia Menang" karena Guru"
Posting Komentar