Berbicaralah dan Rubah Dunia!

Judul lagu : Berbicaralah dan Rubah Dunia!

Best Page:


Berbicaralah dan Rubah Dunia!


Lidah mewakili keadaan kebatinan kita. Ia menunjukan kecerdasan pikiran, kedalaman pembelajaran dan pemahaman, serta banyaknya pengalaman. Bukankah manusia tidak bisa hidup sendiri? Lidah adalah daya tarik yang menjadi pelengkap kebersamaan. Kita bisa menebarkan kebencian atau cinta kasih denganya. Seperti mulut ceret yang hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya, lidah adalah wakil dari kualitas pribadi. Baik buruknya pribadi seseorang bergantung dari bagaimana lidahnya berbicara.

Seseorang dinilai dari pembicaraanya. Apa yang dibicarakan dan bagaimana cara ia berbicara. Seseorang yang berpenampilan menarik dan gagah mungkin hanya akan dihargai pada kesan pertama. Selanjutnya ia akan dinilai dari penting tidaknya apa yang dibicarakan. Itulah refleksi seberapa penting dirinya. Begitu pula dengan seseorang yang luas wawasanya dan dalam ilmunya, jika ia tidak fasih berbicara maka akan berkurang nilainya di tengah-tengah kehidupan.

Nabi Musa saat diangkat menjadi Rasul meminta kepada Allah agar dadanya dilapangkan, urusanya dimudahkan, dan lisanya difasihkan. Dia juga meminta agar Nabi Harun dijadikan saudaranya dalam berjuang karena memiliki lidah yang lebih fasih. 

Tidak berlebihan rasanya jika dikatakan bahwa dunia ini dikendalikan melalui lidah beberapa orang saja. Mirabeau, Bapak Revolusi Prancis, terkenal dengan pidatonya yang berapi-api dan berisi. Secara fisik wajahnya jelek, badanya
bungkuk, gemuk, dan pendek. Akan tetapi seorang penulis meriwayatkan hidup Mirabeau, "Apabila ia berpidato di atas mimbar, keluarlah dari mulutnya kalimat tinggi, membangunkan semangat hidup, membangunkan orang yang lalai, berguncanglah mahligai kerajaan, dan para petani bangkit melawan kezaliman".

Hati yang tergesa-gesa, tidak tenang dan lalai dapat tercermin dari pembicaraan yang emosional, tidak teratur, dan sulit dipahami. Jika emosi mendominasi ketika berbicara, maka pesan tidak akan tersampaikan. Berbicara dengan melibatkan emosi memang penting. Itu bisa berarti pembicaraan hadir dari hati. Sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati pula. Tapi membiarkan emosi menguasai pembicaraan membuat orang dengan mudah mempertontonkan kita sebagai badut. Suatu hari Hasan bin Ali ikut mendengarkan seseorang memberikan nasihat. Orang-orang yang mendengarkan semuanya mengantuk. Hasan berkata, "Hai engkau. Hati engkaulah yang jahat atau hati kami?".

Sebaliknya, pembicaraan yang lugas, jelas, bernas, dan mudah untuk dimengerti adalah refleksi dari dalamnya ilmu, emosi yang terkendali, dan kepribadian yang unggul. Pembicaraan pada dasarnya tidak perlu banyak tetapi bermanfaat. Susunan katanya bagus, tidak dibuat-buat dan dipaksakan serta tidak bercampur aduk. Ucapanya berbekas di hati. Laksana hujan yang menyirami padang tandus kemudian menumbuh suburkan tanaman-tanaman yang bermanfaat. Pengaruhnya sama, baik kepada para raja di singgasana maupun kepada orang biasa.

Ilmu seharusnya menjadi penerang. Seorang ilmuan yang tenggelam jatuh cinta pada ilmu dan buku seharusnya tidak menjadikanya penyendiri dan menutup mata dari lingkungan sekitarnya. Ilmu menyempurkan kehidupan manusia. Jatuh cinta pada ilmu bukan berarti memutuskan persahabatan dan pergaulan dengan manusia. Terlebih di era digital seperti sekarang. Saat dunia semakin tidak memiliki batas. Seseorang memiliki jutaan teman di social media. Retorika dan komentarnya fasih menerobos dunia maya. Tapi tidak memiliki sahabat di dunia nyata. Waktu pertemuan habis digunakan menatap layar kaca gedget nya. Jangankan teman, keluarga pun seperti tidak bermakna dalam hidupnya. Alam pikiranya hanya menerawang. Hatinya hilang. Saat bergaul, lidahnya kelu dan kaku.

Title :Berbicaralah dan Rubah Dunia!
Sumber:Berbicaralah dan Rubah Dunia!

Baca Juga :


Berbicaralah dan Rubah Dunia!

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Berbicaralah dan Rubah Dunia!"

Posting Komentar